Rasanya waktu cepat sekali berlalu. Aku
masih ingat waktu aku kecil dulu, waktu aku belum masuk sekolah, sedangkan Bapak
masih bekerja di pabrik. Pabriknya lumayan jauh dari rumah dan kalau ada kerja
lembur Bapak sering pulang malam. Tapi aku selalu sabar menunggu Bapak untuk
pulang. Kadang-kadang aku malah sudah tertidur duluan sebelum Bapak pulang. Oh
iya, bahkan ketika aku belum masuk sekolah, tiap malam kadang Bapak mengajariku
berhitung, mengenal angka-angka dari angka 1 sampai 10. Dan entah kenapa
walaupun sudah berulang kali diajari, aku kadang-kadang masih sering lupa, lalu
Bapak marah dan kadang aku menangis karena takut. Kalau sudah begini, giliran
ibu yang repot menenangkanku xD
Ketika umur empat tahun dan aku mulai
masuk TK, Bapak mulai mengajariku main badminton. Ketika itu aku sudah tahu
caranya memegang raket bahkan sudah bisa memukul shuttlecock. Aku merasa senang
tiap kali raket yang kuayunkan bisa membuat shuttlecock yang kupukul terbang
tinggi, bahkan lebih tinggi dari Bapak! Khusus
badminton ini, hanya aku saja anak pertama bapak yang diajari, sedangkan adik tidak.
Mungkin karena waktu adik sudah agak besar, Bapak sudah mulai sibuk. Bapak dulu
juga sering mengajakku jalan-jalan pagi atau naik sepeda waktu hari libur. Aku
juga masih ingat aku sering digendong dipundak Bapak yang rasanya tinggi
sekali. Lagi-lagi aku tidak ada memori tentang adik yang diajak jalan-jalan
atau naik sepeda bersama Bapak, hanya aku saja.
Masa-masa awal aku masuk SD adalah masa-masa yang sibuk buat Bapak.
Karena selain bekerja di pabrik, Bapak juga mulai menjalankan wirausaha untuk
menambah penghasilan keluarga. Pada waktu aku kelas 2 SD, Bapak memutuskan untuk
keluar dari pabrik tempat Bapak bekerja dan menjadi wiraswastawan sepenuhnya. Karena
Bapak tidak suka diatur-atur oleh peraturan pabrik yang ketat katanya dan Bapak
lebih suka mengatur daripada diatur. Betul kan Pak? Hehe. Sejak saat itu Bapak
selalu di rumah untuk menjalankan wirausahanya di tempat kerjanya yang juga di
rumah. Sehingga kala itu bapaklah yang mengantar maupun menjemputku sekolah,
enam hari dalam seminggu. Bapak juga sering mengantarkan ke sekolah jika ada
barangku yang tertinggal di rumah. Jadi,
waktu itu di depan sekolah ada wartel dan aku selalu menelpon dari sana jika
aku minta dijemput atau ada barang yang ketinggalan padahal aku tahu kalau Bapak
sangat sibuk tapi bapak tidak pernah complain. Setelah aku agak besar, aku
diperbolehkan naik kendaraan umum sendiri. Selain karena bapak sudah sangat
sibuk kerja dan mengantar jemput adik yang juga mulai masuk sekolah (walaupun
kami satu sekolah, tapi waktu belajar kami berbeda), aku mulai diajarkan untuk
mandiri. Tapi aku senang naik kendaraan umum karena ternyata banyak juga
teman-teman yang naik kendaraan umum. Kami sering pulang sama-sama. Walaupun
bapak sibuk, waktu aku masuk kelas 6 SD, Bapak masih sempat mengantarkan bekal
makanan untukku jika ada kelas tambahan di sekolah.
Saat SD ini juga aku masih ingat waktu itu
Bapak sering marah-marah jika aku dapat nilai jelek. Jujur aku sangat takut
kalau Bapak sudah marah-marah begini. Biasanya kalau sudah begini, aku tidak
boleh keluar rumah untuk main sama teman-teman. Aku akan disuruh belajar lebih giat
lagi. Tapi aku tahu kalau Bapak sangat sayang padaku dan ini semua dilakukan
untuk kepentingan masa depanku juga. Right, Dad? Oh dan di masa SD ini juga
Bapak yang memperkenalkanku pada klub sepak bola yang menjadi favoritku sampai
saat ini: Manchester United. Padahal saat itu aku belum suka sepak bola, tapi
entah kenapa Bapak bisa membuatku tertarik untuk nonton pertandingan Manchester
United di tv waktu itu dan pertandingan itu kebetulan dimenangkan oleh MU. Aku
suka dan takjub dengan permainan mereka di lapangan. Dan pada saat itu juga aku
memutuskan bahwa Manchester United adalah team favoritku. Kadang kami juga nonton pertandingan di TV
sama-sama. Jika ada satu orang yang telah membuatku cinta pada olah raga, orang
itu adalah Bapak. Karena dari kecil, bapaklah yang mengenalkanku pada berbagai
macam olah raga. Kita juga sering ngobrol tentang olah raga dan kadang kita
memberi komentar tentang sebuah pertandingan. Bapak lebih sering ngobrol
tentang olah raga denganku daripada dengan adik. Mungkin karena aku lebih
tertarik dan suka dengan olah raga sedangkan adik tidak.
Masa
SMP dan SMA mungkin adalah masa dimana aku sudah sangat jarang sekali
menghabiskan waktu bersama Bapak. Sekedar ngobrol pun kami jarang. Walaupun Bapak
selalu di rumah, tapi bapak selalu sibuk bekerja. Bahkan hingga larut malam. Selain
itu Bapak juga jarang libur, walau hari Minggu atau tanggal merah sekali pun. Bayangkan,
dalam setahun, literally kami hanya
dapat libur waktu hari raya lebaran yang biasanya kurang dari seminggu, lalu
bapak sudah harus kerja lagi (walaupun hari Minggu kadang kami libur, tapi
hanya beberapa hari Minggu saja kami benar-benar libur. Maksimal hari libur
kami dalam setahun mungkin hanya 2 minggu). Bapak memang sedang sibuk-sibuknya
dengan usahanya yang mulai tumbuh. Karena saking banyaknya kerjaan di rumah,
kadang aku, ibu dan adik sampai turun tangan ikut membantu.
Bapak sangat suka bekerja. Walapun aku
tahu jika bapak sangat butuh hari libur, ini semua bapak lakukan semata-mata
untuk keluarga. Di satu sisi, aku tahu betul jika Bapak selalu bekerja karena
sangat mengedepankan keluarga, tapi di sisi lain, aku merasa perhatian Bapak
untuk keluarga juga semakin berkurang karena pekerjaan Bapak. Aku bahkan tidak
tahu apakah Bapak menyadari jika anak-anaknya mulai tumbuh dewasa. Aku merasa,
semakin aku dewasa, kita semakin sering beda pendapat. Kita sering berdebat bahkan
bertengkar. Aku sering tidak setuju dengan pendapat Bapak dan juga sebaliknya.
Jujur hal itu sering membuatku kesal dan marah. Mungkin begitu juga yang Bapak
rasakan terhadapku. Kadang aku cuma ingin Bapak tahu jika aku juga punya
cita-cita dan keinginanku sendiri. Aku ingin mencapai sesuatu yang sangat
kuinginkan dari dulu. Aku sudah membentuk sebuah jalan untuk mencapai mimpiku.
Dan ketika jalan itu akhirnya tak bisa dilanjutkan dan aku harus mencari rute
lain, aku sangat kebingungan. Dulu aku sangat marah, aku kecewa, aku merasa
semuanya sudah sia-sia. It was really
broke my heart, tapi aku bersyukur Bapak tidak tahu akan hal itu. Dan tidak
akan pernah tahu.
Namun akhirnya aku sadar bahwa kesedihan
akan impianku yang tertunda itu bukanlah yang terpenting lagi bagiku ketika Allah
memberikan banyak sekali hari libur buat Bapak. Allah tahu bapak butuh
istirahat dan mungkin ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada Bapak. Aku
pun sempat berpikir jika bapak memang harus istirahat dari rutinitas
sekali-kali, liburan bersama keluarga atau semacamnya. Namun bapak selalu lebih
memilih untuk terus bekerja. Aku tak pernah mengira jika hari libur yang
diterima bapak harus dihabiskan dengan cara beristirahat di Rumah sakit. Kurang
lebih tiga bulan Bapak terbaring lemah di rumah sakit dengan segala alat bantu
yang terpasang. Aku tahu saat-saat itu adalah saat-saat terberat bagi Bapak dan
kami semua. Tadinya aku berpikir bahwa harus melepas sebuah mimpi adalah
sesuatu yang paling menyedihkan dan menyakitkan, tetapi melihat bapak kesakitan
dan terkulai lemah di rumah sakit ternyata 1000x jauh lebih menyakitkan dan
menyedihkan untukku daripada kehilangan 1000 mimpi sekali pun. Waktu itu yang
bisa kulakukan setiap hari hanyalah menangis dan memohon doa untuk kesembuhan Bapak.
Sementara bapak sudah melakukan banyak hal untukku yang mungkin aku tak akan
sanggup untuk membalasnya.
Mengingat semua memori tentang Bapak telah
membuatku merasa bahwa tak sedikit pun aku berhak untuk sedih, dan kecewa apalagi
menyalahkan bapak hanya karena aku harus menunda untuk meraih sesuatu yang
sangat kuinginkan. Terlebih marah kepada bapak yang selalu ada untukku, yang
telah melakukan segalanya untuk masa depanku dan keluargaku. Sungguh tak pantas.
Malahan aku lebih sering menyakiti hati dan mengecewakan Bapak. Maafkan aku ya
Pak, aku bahkan belum bisa membahagiakan atau pun membuat Bapak bangga. You know Dad, sometimes I think I’m just a
crap. You’ve done a lot for me yet I couldn’t do anything for you. Waktu
itu aku sempat sedih karena Bapak tidak bisa menghadiri upacara kelulusanku
karena sakit. Aku menyesal tidak menyelesaikan studiku lebih cepat sebelum
Bapak sakit sehingga Bapak bisa datang ke upacara kelulusanku.
Hari ini 15 Desember 2016 adalah hari
ulang tahun Bapak yang ke 52, sementara umurku 23 tahun. Selamat ulang tahun
Bapak. Wow selisih kita 29 tahun Pak. Semoga Bapak segera diberi kesembuhan,
kesehatan dan umur panjang oleh Allah serta senantiasa dalam lindungan Allah
SWT. Mungkin aku belum bisa memberikan kado ulang tahun yang pantas untuk semua
yang telah Bapak lakukan untukku, bahkan doa yang kupanjatkan untuk Bapak
setiap hari pun tidak sepadan dengan semua jasa yang telah Bapak berikan padaku.
Terima kasih untuk semuanya, Bapak :)
Soal mimpiku yang tertunda, aku tidak akan
pernah berhenti memimpikannya, aku hanya menyimpannya untuk sementara. I’ll save it for a rainy day~ *opo* xD Aku
percaya bahwa tidak ada yang sia-sia di dunia ini dan aku tak perlu khawatir
karena aku juga masih punya Dia. Yang perlu kulakukan hanyalah melakukan apa
yang bisa kulakukan dan percaya kepadaNya. Aku percaya bahwa Dia yang sudah
mengatur segalanya telah menyiapkan sebuah rencana yang terbaik untukku dan
untuk kita. Rencana yang akan membuat kita semua bahagia dan rencana yang akan
membuat bapak mengatakan bahwa aku telah membuat Bapak bangga.