Jadi ceritanya, saya sedang suka-sukanya sama The
Corrs dan ingin beli CD original mereka yang berjudul “White Light”. Kebetulan
di dekat rumah saya ada sebuah offline
music store (which is sekarang
udah langka banget bin punah) yang di depan tokonya terpasang spanduk yang mengisyaratkan jika toko tersebut menjual CD
original. Karena penasaran, iseng-iseng saya mengunjungi toko musik itu untuk
sekedar mencari tahu apakah mereka menjual album yang saya maksud. Kalau ada
barangnya, syukur, kalau tidak ada ya saya tidak jadi beli. Jujur saya agak
malas beli online karena dikenakan
biaya ongkir. Jadi kalau bisa beli offline,
kenapa tidak?
Setelah saya masuk ke dalam toko, saya sempat
lihat-lihat sebentar. Tokonya tidak terlalu besar dan ada beberapa rak yang
penuh dengan CD yang tersusun rapi. Tiap raknya berisi CD dengan genre yang berbeda-beda. Mulai dari
keroncong, campursari, dangdut, Indonesia pop, lagu-lagu barat hingga musik
bergenre klasik. Ada juga satu rak penuh berisi berbagai DVD film. Sebagian
besar isinya didominasi oleh album artis-artis dari Indonesia dan beberapa
artis barat lawas. Namun ada juga beberapa artis dan album baru seperti One
Direction, Adele dan Maroon Five. Setelah saya cermati, ternyata toko musik
tersebut tidak hanya menjual album CD original tetapi juga versi bajakan yang
jauuuh lebih murah. Dan tentu saja jumlah album bajakan yang merka jual lebih
mendominasi.
Setelah berkeliling untuk mencari album White
Light-nya The Corrs yang saya inginkan, ternyata hasilnya nihil. Saya sudah
berpikiran jika saya tidak akan menemukan album yang saya inginkan di toko ini
mengingat album artis barat yang tersedia sangat sedikit. Saya juga berpikir
bahwa mungkin The Corrs tidak cukup terkenal, jadi mungkin mereka tidak akan menjualnya.
Tapi karena masih belum puas dan penasaran (mungkin saya yang gak bisa
nyarinya) saya putuskan untuk tanya ke mbak-mbak yang jaga toko. “Mbak,
albumnya The Corrs nggak ada ya?” Saya benar-benar sudah siap jika mbak
tersebut akan memberikan jawaban “Maaf Mbak, nggak ada.” But surprisingly, mbaknya menjawab “Ada Mbak, itu.” (sambil
menunjuk ke arah etalase dan mengambilkan album yang saya maksud). Ternyata
keputusan saya untuk bertanya kepada penjaga toko adalah keputusan yang tepat.
Saya tadi kurang jeli mencari dibagian etalase yang tertutup.
Beberapa detik kemudian album White Light sudah ada
di tangan saya. Sekali lagi. ALBUM WHITE LIGHT-NYA THE CORRS SUDAH ADA DI
TANGAN SAYA! Perasaan saya waktu itu senang karena ALBUM WHITE LIGHT-NYA THE CORRS
SUDAH ADA DI TANGAN SAYA! Hehe. Tapi setelah saya cermati, saya malah jadi
bingung. Tidak seperti CD album pada umumnya, CD album yang saya pegang
berbentuk sebuah box tebal yang isinya jelas lebih dari satu buah CD. Di cover
box tersebut bahkan bertuliskan jika di dalam box tersebut berisi 3 CD
sekaligus! Terlebih lagi judul album dan semua tracklistnya ditulis menggunakan
huruf Cina yang saya tidak bisa membacanya. Saya pernah lihat album versi ini
di salah satu online shop yang
katanya album tersebut diimpor langsung dari Hongkong. Karena sudah senang dan ingin langsung beli, saya tanyakan
harganya kepada mbak penjaga toko. Daaaaaan…… Harganya cuma Rp 160.000. Iya
SERATUS ENAM PULUH RIBU RUPIAH SAJA! Hanya butuh waktu beberapa detik bagi saya
untuk menunda niat saya membeli CD tersebut. Karena saya hanya bawa uang
seratus ribu, saya harus kembali ke rumah dulu xD. Tapi ingat tujuan saya tadi
ke toko hanya untuk tanya apakah mereka jual album yang saya inginkan atau
tidak. Jadi, ada barangnya atau tidak, saya tidak akan langsung beli.
Sesampainya di rumah, bukannya ambil uang dan
langsung kembali ke toko untuk membeli album kesayangan, saya malah terus kepikiran dengan harga yang
ditawarkan. Sungguh tidak logis. Seperti ada yang tidak beres di sini. Harganya
terlalu murah untuk ukuran box set dengan packing yang rapi dan terkesan
eksklusif, apalagi di dalamnya berisi tiga buah CD sekaligus. Bandingkan dengan
CD original biasa yang berisi satu disc per album (kecuali versi official special edition) dengan harga
standar Rp 135.000. Coba dipikir lagi, album import dari Hongkong dibandrol
dengan harga Rp160.000 berisi tiga CD dengan 19 lagu untuk tiap CDnya,
sedangkan harga album standar adalah Rp 135.000 untuk tiap kepingnya yang
berisi 12 lagu. Apakah masuk akal? Terlebih Hongkong dan Cina terkenal dengan
barang tiruannya. Untuk barang impor, bea masuknya saja sudah berapa, belum
lagi untuk bayar royalty ke artisnya. Hongkong bayar ke The Corrs berapa berani
jual album dengan harga serendah itu???? Saking saya ngefansnya sama The Corrs,
saya sampai berpikir sejauh itu, walaupun menurut saya itu sedikit berlebihan ._.
Menyangsikan keaslian album tersebut, saya keluarkan
jurus andalan saya yaitu googling.
Saya cari tahu tentang album tersebut di Google, saya mengecek dari website
resmi The Corrs dan semua discography-nya hingga keberadaan barang tersebut di
olshop-olshop lain untuk memastikan. Nama unofficial
dari olshopnya untuk album tersebut adalah“The Corrs The Best Of Greatest Hits” yang tentu saja selama
karir saya sebagai fans The Corrs belum pernah mendengar nama album tersebut.
Saya makin curiga ketika saya tidak menemukan judul yang sama dalam discography
album The Corrs (yang saya tahu memang album tersebut tidak ada dalam list).Saya
menemukan ada beberapa olshop lain yang menjual album serupa yang juga disebut-sebut
diimpor dari Hongkong. Dua olshop yang saya temukan adalah olshop asal
Indonesia dan Malaysia. Mereka menjual album yang sama persis dengan yang saya
jumpai dan mereka menjual di-range
harga yang hampir sama.
Masih belum puas dengan bukti-bukti yang saya
temukan, saya kembali melakukan pencarian informasi tentang IFPI Hongkong yaitu
International Federation of the Phonographic
Industry untuk memverifikasi apakah benar bahwa mereka secara resmi
merilis album itu di sana. Ternyata saya tidak menemukan versi tersebut secara
resmi tersedia di Hongkong. Saya lanjutkan pencarian di eBay dan Amazon, namun
tidak ada yang menjual album serupa. Sangat aneh bagi saya untuk musisi sekelas
The Corrs, jika album official mereka tidak tersedia di eBay maupun Amazon.
Bosan mencari tahu informasi di Hongkong, penelusuran saya lanjutkan ke China.
Saya sempat men-translate The Corrs
ke tulisan China untuk mencari tahu apakah album itu dijual di China. Melihat
tulisan kanji yang saya tidak bisa membacanya membuat saya pusing, tapi saya
belum menyerah. Saya bahkan sempat melakukan tracking kode ISBNnya dan beberapa
kode lain yang tertera pada album. Tapi hasilnya nihil. Tapi saya malah jadi
tahu jika ternyata album itu diproduksi di China. Belum juga puas, saya sampai
mencari tahu apakah ada yang membeli produk serupa dari Hongkong atau China.
Yang membuat saya hampir yakin jika album ini
original adalah ketika saya menemukan ternyata banyak konsep album dari Cina
serupa namun dengan artis yang berbeda. Saya menemukan album-album tersebut
dijual bebas di olshop-olshop Indonesia. Ada Justin Bieber, Katy Perry, Maroon
Five, semua albumnya berbentuk box set yang berisi 3 CD sekaligus. “Oh mungkin
konsep album di Cina memang seperti ini.” Saya sempat berpikiran seperti itu.
Waktu itu saya sudah mengublek-ublek
Google selama kurang lebih hampir tiga jam ketika kemudian saya menemukan
artikel ini https://johnib.wordpress.com/2013/05/03/bootleg-and-pirated-cds-from-china-remain-a-huge-problem/.
Setelah saya baca artikel ini, yakin sudah saya bahwa ternyata album-album
sejenis yang dijual di olshop-olshop ternyata adalah bajakan alias palsu.
Hampir saja saya tertipu! Untung saya tidak langsung
beli. Dengan adanya barang-barang seperti ini jelas merugikan konsumen dan juga
sang artis. Sementara produsen merauk keuntungan yang sangat besar. Saya yakin
banyak konsumen dan penjual (olshop) yang tertipu di luar sana. Tapi bisa juga
para penjual memang tidak menyadari bahwa produknya palsu atau mereka tahu tapi
sengaja tetap memasarkannya. Packing yang sangat rapi dan terkesan ekslusif
membuatnya sulit untuk menerka bahwa produk tersebut ternyata palsu. Bahkan
banyak olshop yang mengklaim jika barang yang dijualnya adalah asli. Yang
kemudian membuat saya bertanya-tanya adalah bagaimana barang palsu atau tiruan
impor bisa dengan mudah lolos dari bea cukai dan dapat dijual dengan bebas? Sedangkan
menurut sepengetahuan saya, untuk dapat mengeluarkan barang impor yang
benar-benar original dari bea cukai saja memerlukan proses yang cukup panjang
sebelum dapat didistribusikan ke penerima atau pemilik. Apakah ini disebabkan
karena ketidakjelian bea cukai dalam melakukan pemeriksaan? atau mungkin barang
itu memang barang illegal atau selundupan? Who
knows?
Lalu bagaimana saya yakin jika barang yang nyaris
saya beli tadi adalah barang palsu? Berdasarkan artikel yang saya baca, memang
banyak barang sejenis yang dijual berasal dari China dan Hongkong. Untuk dapat
mengenali mana barang yang asli atau original dengan yang palsu terutama CD dari
China seperti yang nyaris saya beli, ternyata ada beberapa hal yang harus
dicermati yaitu:
-
Cek kondisi fisik barang mulai dari
warna dan gambar cover album hingga packingnya. Kadang beberapa CD dari China
bahkan ada sticker hologramnya, tapi hal itu tidak serta merta menunjukkan jika
barang tersebut asli. Penjual kadang tidak bisa membedakan mana yang asli dan
yang palsu.
-
Seharusnya pada cover CD menyebutkan nama
label rekaman atau perusahaan yang merilis album tersebut. Jika tidak ada, maka
dapat dipastikan CD tersebut palsu.
-
Apabila benar CD tersebut diimpor resmi dari
Hongkong, maka pada CD terdapat tulisan IFPI yang dicetak kecil. Adanya tulisan
IFPI mengindikasikan bahwa CD tersebut memang resmi dirilis di Hongkong.
-
Dalam tracklist CD biasanya terdapat
lagu-lagu yang tidak seharusnya ada di
album tersebut. Misalnya dalam satu album terdapat dua atau tiga CD sekaligus
dimana lagu-lagunya tidak hanya dari album yang seharusnya persis seperti yang
saya temui.
-
Coba cek website official perusahaan
label rekamannya. Cari tahu apakah mereka merilis CD tersebut secara resmi atau
tidak. Jika resmi, maka dapat dipastikan CD tersebut akan tercantum dalam
website resmi perusahaan label rekaman tersebut.
-
Biasanya ada kesalahan pengejaan (dalam
penulisan Bahasa Inggris) pada cover albumnya maupun judul lagunya.
-
Harganya murah bila dibanding dengan harga
CD pada umumnya.
Lalu
mari kita cermati album “White Light”-nya The Corrs versi import dari Hongkong yang hampir
saya beli tadi.
![]() |
Kira-kira cover albumnya seperti ini |
No.1 yang digarisbawahi menunjukkan adanya kesalahan pengejaan dalam Bahasa Inggris. Disana tertulis All Rights Of Minufac Turerand. "Minufac Turerand?" Maksudnya apa cobaaa? Manufacture kaliiii hihihi. Lalu ada juga tulisan kecil di bawahnya yang berbunyi "unauthorized". Dude, do they even know the meaning of "unauthorized"?
No.2 Mereka bahkan menambahkan embel-embel crytal car 24k hi-fi sound. Hi-fi sound ini setelah saya searching ternyata adalah format audio yang bisa dibilang setara FLAC lah ya. Tapi tolong jangan termakan jebakan "crytal car 24k hi-fi sound" karena pada dasarnya setiap audio CD yang original memang kualitas soundnya sudah FLAC, jadi ya sebenarnya sama saja dengan crytal car 24k hi-fi sound ini.
No.3 Label yang memberitahukan bahwa di dalamnya terdapat 3 CD dan lagi-lagi ada kesalahan pengejaan penulisan dalam Bahasa Inggris persis seperti yang ditandai No. 1 hehe. Jika kita lihat-lihat lagi, bahkan album ini tidak mencantumkan record label atau pun sticker hologram pada cover depannya.
No.4 Sticker yang menandakan bahwa CD tersebut adalah impor tapi tidak dapat dijadikan tanda bahwa CD tersebut memang diproduksi secara resmi dan diimpor dari negara asal. Lebih seperti sticker murahan yang bisa dicetak dengan printer rumahan.
![]() |
Bagian belakangnya seperti ini |
Sekarang kita perhatikaan bagian belakangnya. Terdapat kode ISBN dan juga tracklist dari album tersebut. Untuk sebuah album jelas jumlah tracklistnya sangaaaat banyak jika dibandingkan dengan CD album biasa. Bukankah hal ini mencurigakan? Coba track juga kode ISBN dan ISRCnya. Saya sudah mencobanya tapi saya tidak menemukan album ini sesuai dengan kode tersebut. Maka tanda-tanda kepalsuan mana lagi yang masih kamu ragukan?
Setelah kita perhatikan dan kita cocokkan dengan kriteria CD palsu yang banyak diproduksi di China dan Hongkong, ternyata semuanya sesuai. Mulai dari harga yang sangat murah, salah ejaan penulisan hingga jumlah CD dan tracklist yang tidak masuk akal. Pengalaman ini telah mengubah persepsi saya yang tadinya saya mengira saya telah melihat CD original termurah, jadi "Saya telah melihat CD bajakan termahal." Bagaimana tidak mahal, karena pada dasarnya album ini hanyalah mp3 bajakan biasa yang dikemas dengan baik untuk menimbulkan kesan ori yang bahkan kita bisa mendapatkan lebih banyak lagu jika kita membeli mp3 bajakan biasa dengan harga tidak lebih dari Rp 15.000. Jadi dengan uang Rp 160.000 kita seharusnya bisa dapat ratusan lagu dibandingkan dengan hanya 3 CD yang berisi 57 lagu. Tetapi sekali lagi, mau beli CD bajakan atau ori itu adalah hak masing-masing pribadi. Kalau buat saya sih saya lebih milih beli yang ori dan tidak beli yang bajakan. Karena jika beli yang bajakan hanya akan menguntungkan si pembajak dan artisnya rugi karena saya tahu untuk bikin sebuah album itu tidaklah mudah :')
Buat konsumen maupun penjual produk impor harap berhati-hati ya. Tolong dipastikan lagi keaslian barangnya. Karena jika ternyata barangnya palsu, bukan hanya merugikan konsumen, tetapi penjual sendiri juga rugi karena telah memberi informasi palsu yang akibatnya kepercayaan konsumen akan menurun. Jadi disini yang untung besar ya tetap exporternya deh. Hehe. Gak mau dong kita dirugikan?
Ciao~
Mau tanya gan, kalo cd album rilisan hongkong yang 1 disc itu termasuk original atau bajakan juga ?
BalasHapus