Kamis, 15 Desember 2016

To: My Dearest Father

Posted by Kirana on 00.25 with No comments
Rasanya waktu cepat sekali berlalu. Aku masih ingat waktu aku kecil dulu, waktu aku belum masuk sekolah, sedangkan Bapak masih bekerja di pabrik. Pabriknya lumayan jauh dari rumah dan kalau ada kerja lembur Bapak sering pulang malam. Tapi aku selalu sabar menunggu Bapak untuk pulang. Kadang-kadang aku malah sudah tertidur duluan sebelum Bapak pulang. Oh iya, bahkan ketika aku belum masuk sekolah, tiap malam kadang Bapak mengajariku berhitung, mengenal angka-angka dari angka 1 sampai 10. Dan entah kenapa walaupun sudah berulang kali diajari, aku kadang-kadang masih sering lupa, lalu Bapak marah dan kadang aku menangis karena takut. Kalau sudah begini, giliran ibu yang repot menenangkanku xD 
Ketika umur empat tahun dan aku mulai masuk TK, Bapak mulai mengajariku main badminton. Ketika itu aku sudah tahu caranya memegang raket bahkan sudah bisa memukul shuttlecock. Aku merasa senang tiap kali raket yang kuayunkan bisa membuat shuttlecock yang kupukul terbang tinggi, bahkan lebih tinggi dari Bapak!  Khusus badminton ini, hanya aku saja anak pertama bapak yang diajari, sedangkan adik tidak. Mungkin karena waktu adik sudah agak besar, Bapak sudah mulai sibuk. Bapak dulu juga sering mengajakku jalan-jalan pagi atau naik sepeda waktu hari libur. Aku juga masih ingat aku sering digendong dipundak Bapak yang rasanya tinggi sekali. Lagi-lagi aku tidak ada memori tentang adik yang diajak jalan-jalan atau naik sepeda bersama Bapak, hanya aku saja.
Masa-masa awal aku masuk  SD adalah masa-masa yang sibuk buat Bapak. Karena selain bekerja di pabrik, Bapak juga mulai menjalankan wirausaha untuk menambah penghasilan keluarga. Pada waktu aku kelas 2 SD, Bapak memutuskan untuk keluar dari pabrik tempat Bapak bekerja dan menjadi wiraswastawan sepenuhnya. Karena Bapak tidak suka diatur-atur oleh peraturan pabrik yang ketat katanya dan Bapak lebih suka mengatur daripada diatur. Betul kan Pak? Hehe. Sejak saat itu Bapak selalu di rumah untuk menjalankan wirausahanya di tempat kerjanya yang juga di rumah. Sehingga kala itu bapaklah yang mengantar maupun menjemputku sekolah, enam hari dalam seminggu. Bapak juga sering mengantarkan ke sekolah jika ada barangku yang tertinggal di rumah.  Jadi, waktu itu di depan sekolah ada wartel dan aku selalu menelpon dari sana jika aku minta dijemput atau ada barang yang ketinggalan padahal aku tahu kalau Bapak sangat sibuk tapi bapak tidak pernah complain. Setelah aku agak besar, aku diperbolehkan naik kendaraan umum sendiri. Selain karena bapak sudah sangat sibuk kerja dan mengantar jemput adik yang juga mulai masuk sekolah (walaupun kami satu sekolah, tapi waktu belajar kami berbeda), aku mulai diajarkan untuk mandiri. Tapi aku senang naik kendaraan umum karena ternyata banyak juga teman-teman yang naik kendaraan umum. Kami sering pulang sama-sama. Walaupun bapak sibuk, waktu aku masuk kelas 6 SD, Bapak masih sempat mengantarkan bekal makanan untukku jika ada kelas tambahan di sekolah.
Saat SD ini juga aku masih ingat waktu itu Bapak sering marah-marah jika aku dapat nilai jelek. Jujur aku sangat takut kalau Bapak sudah marah-marah begini. Biasanya kalau sudah begini, aku tidak boleh keluar rumah untuk main sama teman-teman. Aku akan disuruh belajar lebih giat lagi. Tapi aku tahu kalau Bapak sangat sayang padaku dan ini semua dilakukan untuk kepentingan masa depanku juga. Right, Dad? Oh dan di masa SD ini juga Bapak yang memperkenalkanku pada klub sepak bola yang menjadi favoritku sampai saat ini: Manchester United. Padahal saat itu aku belum suka sepak bola, tapi entah kenapa Bapak bisa membuatku tertarik untuk nonton pertandingan Manchester United di tv waktu itu dan pertandingan itu kebetulan dimenangkan oleh MU. Aku suka dan takjub dengan permainan mereka di lapangan. Dan pada saat itu juga aku memutuskan bahwa Manchester United adalah team favoritku.  Kadang kami juga nonton pertandingan di TV sama-sama. Jika ada satu orang yang telah membuatku cinta pada olah raga, orang itu adalah Bapak. Karena dari kecil, bapaklah yang mengenalkanku pada berbagai macam olah raga. Kita juga sering ngobrol tentang olah raga dan kadang kita memberi komentar tentang sebuah pertandingan. Bapak lebih sering ngobrol tentang olah raga denganku daripada dengan adik. Mungkin karena aku lebih tertarik dan suka dengan olah raga sedangkan adik tidak.
 Masa SMP dan SMA mungkin adalah masa dimana aku sudah sangat jarang sekali menghabiskan waktu bersama Bapak. Sekedar ngobrol pun kami jarang. Walaupun Bapak selalu di rumah, tapi bapak selalu sibuk bekerja. Bahkan hingga larut malam. Selain itu Bapak juga jarang libur, walau hari Minggu atau tanggal merah sekali pun. Bayangkan, dalam setahun, literally kami hanya dapat libur waktu hari raya lebaran yang biasanya kurang dari seminggu, lalu bapak sudah harus kerja lagi (walaupun hari Minggu kadang kami libur, tapi hanya beberapa hari Minggu saja kami benar-benar libur. Maksimal hari libur kami dalam setahun mungkin hanya 2 minggu). Bapak memang sedang sibuk-sibuknya dengan usahanya yang mulai tumbuh. Karena saking banyaknya kerjaan di rumah, kadang aku, ibu dan adik sampai turun tangan ikut membantu.
Bapak sangat suka bekerja. Walapun aku tahu jika bapak sangat butuh hari libur, ini semua bapak lakukan semata-mata untuk keluarga. Di satu sisi, aku tahu betul jika Bapak selalu bekerja karena sangat mengedepankan keluarga, tapi di sisi lain, aku merasa perhatian Bapak untuk keluarga juga semakin berkurang karena pekerjaan Bapak. Aku bahkan tidak tahu apakah Bapak menyadari jika anak-anaknya mulai tumbuh dewasa. Aku merasa, semakin aku dewasa, kita semakin sering beda pendapat. Kita sering berdebat bahkan bertengkar. Aku sering tidak setuju dengan pendapat Bapak dan juga sebaliknya. Jujur hal itu sering membuatku kesal dan marah. Mungkin begitu juga yang Bapak rasakan terhadapku. Kadang aku cuma ingin Bapak tahu jika aku juga punya cita-cita dan keinginanku sendiri. Aku ingin mencapai sesuatu yang sangat kuinginkan dari dulu. Aku sudah membentuk sebuah jalan untuk mencapai mimpiku. Dan ketika jalan itu akhirnya tak bisa dilanjutkan dan aku harus mencari rute lain, aku sangat kebingungan. Dulu aku sangat marah, aku kecewa, aku merasa semuanya sudah sia-sia. It was really broke my heart, tapi aku bersyukur Bapak tidak tahu akan hal itu. Dan tidak akan pernah tahu.
Namun akhirnya aku sadar bahwa kesedihan akan impianku yang tertunda itu bukanlah yang terpenting lagi bagiku ketika Allah memberikan banyak sekali hari libur buat Bapak. Allah tahu bapak butuh istirahat dan mungkin ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada Bapak. Aku pun sempat berpikir jika bapak memang harus istirahat dari rutinitas sekali-kali, liburan bersama keluarga atau semacamnya. Namun bapak selalu lebih memilih untuk terus bekerja. Aku tak pernah mengira jika hari libur yang diterima bapak harus dihabiskan dengan cara beristirahat di Rumah sakit. Kurang lebih tiga bulan Bapak terbaring lemah di rumah sakit dengan segala alat bantu yang terpasang. Aku tahu saat-saat itu adalah saat-saat terberat bagi Bapak dan kami semua. Tadinya aku berpikir bahwa harus melepas sebuah mimpi adalah sesuatu yang paling menyedihkan dan menyakitkan, tetapi melihat bapak kesakitan dan terkulai lemah di rumah sakit ternyata 1000x jauh lebih menyakitkan dan menyedihkan untukku daripada kehilangan 1000 mimpi sekali pun. Waktu itu yang bisa kulakukan setiap hari hanyalah menangis dan memohon doa untuk kesembuhan Bapak. Sementara bapak sudah melakukan banyak hal untukku yang mungkin aku tak akan sanggup untuk membalasnya.
Mengingat semua memori tentang Bapak telah membuatku merasa bahwa tak sedikit pun aku berhak untuk sedih, dan kecewa apalagi menyalahkan bapak hanya karena aku harus menunda untuk meraih sesuatu yang sangat kuinginkan. Terlebih marah kepada bapak yang selalu ada untukku, yang telah melakukan segalanya untuk masa depanku dan keluargaku. Sungguh tak pantas. Malahan aku lebih sering menyakiti hati dan mengecewakan Bapak. Maafkan aku ya Pak, aku bahkan belum bisa membahagiakan atau pun membuat Bapak bangga. You know Dad, sometimes I think I’m just a crap. You’ve done a lot for me yet I couldn’t do anything for you. Waktu itu aku sempat sedih karena Bapak tidak bisa menghadiri upacara kelulusanku karena sakit. Aku menyesal tidak menyelesaikan studiku lebih cepat sebelum Bapak sakit sehingga Bapak bisa datang ke upacara kelulusanku.
Hari ini 15 Desember 2016 adalah hari ulang tahun Bapak yang ke 52, sementara umurku 23 tahun. Selamat ulang tahun Bapak. Wow selisih kita 29 tahun Pak. Semoga Bapak segera diberi kesembuhan, kesehatan dan umur panjang oleh Allah serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Mungkin aku belum bisa memberikan kado ulang tahun yang pantas untuk semua yang telah Bapak lakukan untukku, bahkan doa yang kupanjatkan untuk Bapak setiap hari pun tidak sepadan dengan semua jasa yang telah Bapak berikan padaku. Terima kasih untuk semuanya, Bapak :)
Soal mimpiku yang tertunda, aku tidak akan pernah berhenti memimpikannya, aku hanya menyimpannya untuk sementara. I’ll save it for a rainy day~ *opo* xD Aku percaya bahwa tidak ada yang sia-sia di dunia ini dan aku tak perlu khawatir karena aku juga masih punya Dia. Yang perlu kulakukan hanyalah melakukan apa yang bisa kulakukan dan percaya kepadaNya. Aku percaya bahwa Dia yang sudah mengatur segalanya telah menyiapkan sebuah rencana yang terbaik untukku dan untuk kita. Rencana yang akan membuat kita semua bahagia dan rencana yang akan membuat bapak mengatakan bahwa aku telah membuat Bapak bangga.

0 komentar:

Posting Komentar