Selasa, 17 Oktober 2017

Teruntuk Para Orang Tua

Posted by Kirana on 21.24 with No comments
Sudah sebulanan lebih saya jadi tukang jualan online. Produk yang dijual pun bukan produk sembarangan, tapi produk aplikasi bimbel. Sasaran pasar kami adalah emak-emak dan bapak-bapak yang punya anak usia sekolah mulai dari SD, SMP hingga SMA. Enaknya jualan online adalah kami gak harus bertatap muka secara langsung dengan calon pembeli. Dimulai dari sekedar nanya anaknya kelas berapa, masalah belajar yang sering dialami, hingga deal produk terjual, semua interaksi dilakukan lewat layar handphone.

Part favorit saya adalah pas nanya masalah belajar apa yang dialami anak para calon pembeli yang tertarik untuk beli produk kami. Kebanyakan yang beli produk kami mengeluhkan kalau anaknya susah fokus belajar, malas baca buku dan lebih suka main gadget. Menurut saya itu adalah hal yang wajar mengenai problematika anak-anak zaman sekarang (yaiyalah, anak generasi 90-an mana ada yang suka main gadget, yg ada main kelereng sama umbul). Itu tadi adalah keluhan paling umum dari para orang tua yang tertarik dengan produk yang saya jual. Pernah nih saya menemukan orang tua yang ambisius banget sama anaknya. Ada yang anaknya SMP, jago MIPA, eh si ibunya ini pengen biar anaknya jago semua mapel. Lalu ada juga yang punya anak masih kecil tapi udah dilesin sana-sini. Saya lupa anaknya masih kelas 1 atau 2 SD tapi sudah diikutin les macem-macem, terus masih pengen beli aplikasi bimbel ini juga. Duh, saya kok malah kasian ya sama anaknya.

Saya sadar, misi saya disini adalah untuk menjual produk sebanyak-banyaknya. Tapi saya paling gak bisa diem aja nih kalo ada orang tua kayak begitu sama anaknya. Akhirnya saya bilang aja sama ibu-ibu yang pertama kalo setiap anak itu punya bakat beda-beda, kasian kalo dipaksain buat bisa semua, terus saya bilang juga buat maksimalin bidang yang emang anaknya jago. Eh gak taunya terus ibunya bilang kalo bulan depan anaknya mau ikutan olimpiade matematika. Nah itu udah tau anaknya udah sampai taraf olimpiade, hhhngggg. Terus untuk ibu-ibu yang kedua, saya hanya bisa mbatin, "Sabar ya dek." pffffttt. Biasanya kalo ada anak kecil yang diikutin les macem-macem itu karena pertama, emang orang tuanya males ngajarin, yang kedua, orang tuanya sibuk. Faktor pertama sangat wajar terjadi. Orang tuanya males ngajarin, anaknya pun jadi males belajar. Ya dong, buah jatuh gak jauh dari pohonnya kan. Kalo faktor nomor dua biasanya beda lagi. Karena orang tuanya sibuk, biasanya mereka punya uang tapi gak punya waktu sekaligus ambisius anaknya pengen jadi yang paling pinter. Ini nih yang agak bahaya. Jadilah anaknya diikutin les macem-macem, katanya sih biar pinter. Padahl bisa aja anaknya jadi kecapean terus kurang bahagia karena hidupnya belajar mulu.

Teruntuk para orang tua dan calon orang tua di luar sana.... *Deep breath* Punya anak itu mudah (dengan bantuan Allah SWT tentunya) tapi, jadi orang tua itu susyah. Lho. Kenapa? Karena kalo gampang, saya sekarang pasti udah jadi orang tua hahaha. Kalian yang mau jadi orang tua pernah bayangin gak sih kalo kalian itu nantinya bakal menghadirkan seorang manusia ke dunia, manusia yang juga punya perasaan, punya keinginan, punya pemikirannya sendiri yang nantinya akan menjadi manusia dewasa yang menjadi bagian dari sebuah masyarakat sosial dan nantinya apa yang akan dia perbuat itu sedikit banyak dipengaruhi oleh bagaimana kalian memperlakukannya sedari kecil hingga siap menghadapi dunia atau sesuai dengan didikan yang kalian berikan, yang tak lain adalah orang tuanya sendiri. Saya tau semua orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang baik, gak ada orang tua yang pengen anaknya jadi terroris atau berbuat yang tidak baik, kan? Tapi ternyata semakin kita paranoid tidak ingin hal buruk terjadi pada anak kita, malah hal itu yang akan terjadi. Gak percaya? Nih saya contohin. Misal ada orang tua, gak pengen anaknya sakit, terus anaknya jadi apa-apa dilarang, makan ini gak boleh, makan itu gak boleh, aktivitas outdoor kotor-kotor dikit gak boleh. Tau gak akibatnya apa? Anaknya malah jadi sakit-sakitan.

Saya sangat setuju dengan saran untuk tidak terlalu sering mengatakan jangan atau tidak boleh kepada anak-anak terutama yang sedang dalam tahap perkembangan dini. Malah justru kepada orang tuanya lah kita harus banyak-banyak berkata jangan atau tidak boleh melarang anak mereka untuk melakukan aktivitas yang bisa membuat mereka lebih banyak belajar, tentunya sesuai dengan porsi belajar sesuai dengan umur mereka (I wish every parents read about developmental psychology). Kalo apa-apa anaknya dilarang sih berarti orang tuanya yang paranoid atau tidak mampu menjelaskan kepada anak mereka dengan bahasa yang mudah dimengerti. Gitu kok mau jadi orang tua. Kasian Indonesia nanti.

Udah bukan zamannya orang tua untuk memaksa-maksa anaknya untuk selalu menjadi seperti yang mereka harapkan. Orang tua seperti itu adalah orang tua era baby boomer yang lahirnya tahun 60-an seangkatan sama bapak ibu saya. Walaupun setiap orang tua pasti mengharapkan yang terbaik untuk anaknya, tapi kita juga tidak boleh lupa kalau anak itu manusia juga seperti kita yang punya harapan dan cita-cita mereka sendiri. Selama harapan dan cita-cita mereka tidak melanggar norma, hukum, atau agama, harusnya orang tua sih bisa mendukung, bukan malah meremehkan mereka. Ini adalah kasus yang banyak terjadi dan sering bikin saya sedih. Apalagi kalo sudah bawa-bawa "ridho Allah adalah ridho orang tua," orang tua udah merasa paling bener. Tapi ini juga nggak salah. Ridho Allah adalah ridho orang tua, iya, kalau anaknya juga ridho. Jadi kalo orang tua ridho tapi anaknya pura-pura ridho, hasilnya akan sama nggak bagusnya alias kurang maksimal apalagi yang nanti akan menjalani konsekuensinya adalah anaknya. Kuncinya ada pada yang nanti akan menjalaninya.

Bukan berarti saya meng-encourage anak-anak untuk "melawan" orang tua, tapi lebih ke meng-encourage anak-anak agar berani menyampaikan aspirasi dan keinginannya sendiri. Orang tua pun harusnya tidak saklek dan kolot-kolot amat. Selama keinginan anak mereka tidak melanggar hukum, norma maupun agama, dan mereka sanggup menanggung apa pun konsekuensi pilihan yang mereka ambil, tidak ada salahnya orang tua untuk mendukung, jika nanti mereka gagal, beri mereka semangat agar bisa bangkit lagi. Itu baru namanya orang tua yang baik. Karena setiap orang punya nilai yang berbeda-beda. Jadi harap diingat ya, untuk para orang tua maupun calon orang tua. Menjadi orang tua itu tanggung jawabnya besar. Jangan ingin punya anak gara-gara hanya sering ditanya, "Kapan punya momongan?" atau punya anak karena ingin menuntaskan ambisi-ambisi kalian para orang tua yang belum tercapai, duh bahaya. Jika pun kalian memiliki harapan bagi anak kalian, berharaplah agar dia kelak menjadi orang yang bahagia agar bisa lebih banyak menciptakan kebahagiaan di dunia.

Ciao~

0 komentar:

Posting Komentar