Toko buku selalu menjadi salah satu tempat favorit saya terutama
pada suatu hari libur kala itu. Ternyata banyak juga orang-orang yang
berpikiran sama seperti saya dengan mengunjungi toko buku dan hal itu membuat
toko buku jadi lebih ramai dari biasanya. Saya lihat banyak anak-anak kecil,
tetapi orang dewasanya lebih banyak lagi. Banyak dari pengunjung yang datang
sekeluarga, bapak, ibu dan anak-anak. Diikuti kedua orang tuanya, anak-anak
begitu semangat memilih buku yang akan dibelinya. Sementara orang tuanya
membawa tumpukan buku pilihan anak-anaknya untuk dibayar di kasir. Melihat
pemandangan ini saya tersenyum. Pasti sangat menyenangkan.
Sambil berkeliling melihat-lihat berbagai macam buku yang
saya minati, saya jadi berusaha mengingat-ingat kapan pertama kali saya pergi
ke toko buku ini. Jika diingat-ingat lagi sudah sangat lama. Ah saya ingat.
Kira-kira waktu saya masih kelas dua SD, saya pertama kali diajak ke toko buku
oleh pakde dan almarhumah bude saya. Waktu itu saya pergi ke toko buku dengan
sebuah tujuan yaitu untuk mencari buku yang akan digunakan untuk saya lomba
menulis sinopsis cerita rakyat. Saya ke toko buku untuk membeli sebuah buku
yang berjudul Serial Cerita Rakyat Nusantara “Hang Tuah” (buku ini kemudian menjadi buku pertama saya yang bukan buku pelajaran atau majalah). Saya tau ada lomba
menulis sinopsis dari majalah Bobo. Ya, sejak saya mulai lancar membaca sekitar
kelas satu, pakde saya rajin membelikan majalah Bobo untuk saya setiap
minggunya.
Dulu waktu pertama kali akan ke toko buku ini, saya sangat
bersemangat. Wajar saja, saya belum pernah ke toko buku sebelumnya. Tapi
anehnya sesampainya di sana, saya malah biasa saja melihat berbagai tumpukan
buku-buku yang waktu itu saya belum tau jika kelak saya akan menyukai mereka.
Mungkin saking bukunya bagus-bagus dan menarik, saya malah jadi bingung dan
hanya beli satu buku yang memang dari awal saya cari tadi. Beres urusan membeli
buku, saya pulang ke rumah. Memang sih waktu itu technically saya yang ikut lomba menulis, tapi toh akhirnya yang
mengerjakan tulisan sinopsisnya malah ibu saya. Hadehh… dasar sok-sokan. Saya
masih ingat waktu itu sinopsisnya harus ditulis di kartu pos. Alhasil saya
hanya menyalin tulisan ibu di kartu pos dan mengirimkannya ke majalah Bobo yang
kemudian tentu saja saya tidak menang :v
Mengingat tentang buku pertama saya waktu itu sukses bikin
saya senyum-senyum sendiri di tengah keramaian toko buku. Untung kebanyakan
orang fokus ke buku-buku yang sedang mereka baca atau cari. Coba kalo mereka
fokus ke saya yang lagi senyum-senyum sendiri, kan serem! Sayangnya buku
pertama saya itu sudah tidak ada. Karena sejak SD sampai saya SMA kelas 3
keluarga kami sudah pindah rumah kurang lebih 3 kali dan sempat renovasi rumah
juga, ya walaupun hanya di lingkup lingkungan yang tak jauh beda, sehingga banyak
barang-barang yang tercecer dan tidak sengaja terbuang termasuk buku pertama
saya dulu itu. Hingga sekarang kami hanya menyimpan barang-barang yang kami
anggap penting. (Oke mungkin dulu saya anggap buku itu tidak penting xD).
Gara-gara ingat buku pertama saya, saya jadi heran kenapa
saya bisa suka membaca buku. Padahal bapak dan ibu bukanlah orang yang gemar
membaca. Sama sekali bukan. Bahkan buku bacaan saya di rumah dulu cuma majalah
Bobo yang dibelikan oleh pakde saya. Selain itu, tidak ada buku lain kecuali
buku pelajaran sekolah yang mau tidak mau harus saya baca. Dulu saya sering
merasa bosan ketika saya sudah mahir membaca dan bisa “melahap” majalah Bobo
dengan cepat. Karena itu artinya saya akan kehabisan bacaan. Akhirnya saya
sering lari ke rumah almarhumah bude yang rumahnya ada persis di depan rumah
saya. Bude punya lumayan banyak buku tapi kebanyakan bukunya adalah majalah Intisari yang merupakan bacaan orang dewasa. Kadang saya suka baca-baca sedikit
dan lihat-lihat gambarnya ketika saya sudah tidak punya bacaan.
Tanpa sadar saya jadi ingat jika sebenarnya pakde dan almarhumah
bude sayalah yang telah memperkenalkan saya pada buku dan suka membaca sejak
kecil. Maklum sejak saya masih kecil, orang tua saya kurang mementingkan kebutuhan tersier macam buku atau hal-hal yang berbau hiburan. Karena waktu itu ekonomi keluarga kami pas-pasan. Walaupun bukan orang tua saya sendiri yang memperkenalkan saya pada
buku, saya sangat bersyukur memiliki pakde dan bude yang sangat memperhatikan keponakannya. Walaupun bapak dan ibu tidak terlalu suka membaca, tapi mereka tidak pernah keberatan ketika uang jajan saya dulu banyak saya habiskan untuk beli
buku. Kadang saking sayanya asik baca, ibu sering jengkel kalo saya gak
ngrespon ketika dipanggil-panggil hehe (ya gimana lah, lagi fokus ke buku).
Maafin ya bu… Gak papa bapak sama ibu gak suka baca, nanti biar saya yang
ceritain buku-buku bagus yang sudah saya baca ya pak, bu.. Hehe okhaaayy xD
Ciao~
Membahas seputar Film,anime,review,photoshop,dan Tips&trik
BalasHapus