Teman saya, Mbak Anggita pernah bertanya, “Gimana sih
rasanya jadi HSP?” waduhhh ini adalah pertanyaan yang susah dijawab. Saya
sempat berpikir dulu agak lama sebelum akhirnya menjawab pertanyaan tersebut. Walaupun
sudah berpikir agak lama pun menurut saya jawaban yang saya berikan waktu itu
masih kurang memuaskan. Waktu itu saya cuma bilang kalo HSP itu sensitif, kulitnya
tipis, semua-muanya straight to the kokoro*, tapi sebenernya
saya ingin jawab lebih dari itu.
Karena saya masih belum puas atas jawaban saya tadi, makanya saya disini ingin
menuliskan jawaban yang lebih lengkap tentang gimana sih rasanya jadi HSP
(Highly Sensitive Person) itu. Semoga Mbak Anggita baca yaaaa.
1. Kepala rasanya selalu penuh
HSP adalah tipe orang yang selalu mikir dan selalu kepikiran sama sesuatu.
Nyaris gak ada waktu dimana otak kami berhenti berpikir. Kadang kalo kami
ditanya pertanyaan simpel, buat ngejawabnya pun harus mikir dulu agak lama. Karena
lebih suka melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dulu, jadi kami butuh waktu
agak lama untuk mengambil keputusan. Gak jarang juga kami mempertanyakan dan
memikirkan hal-hal yang mungkin bagi orang lain gak penting. Bisa dibilang, kami
hidup di dalam kepala kami dan kadang hal itu bikin energi kami cepat habis dan
kami jadi gampang lelah. Nah, karena kebiasaan kami yang selalu in our heads ini, menurut penelitian,
kami berpotensi besar untuk kena gangguan kecemasan (anxiety disorder) apalagi
kalo kami punya pengalaman buruk di masa lalu. Kapan-kapan saya ceritain juga deh
gimana rasanya anxious buat seorang
HSP.
2. Gampang merasa “tertohok”
Kami HSP memang dikenal sebagai tipe yang take it personally. Efeknya adalah kami cenderung emosional dan kurang
suka disindir apalagi dikritik. Kami jadi gampang tersinggung. Walaupun sindiran
dan kritikan itu mungkin biasa saja buat orang lain atau di luarnya kami mungkin
bersikap biasa saja, sebenarnya bagi kami hal itu bisa merupakan sebuah tamparan
keras yang akan selalu membekas. Dan selanjutnya kami bisa down serasa dunia kami runtuh. Malah kadang saking sensitifnya,
kami yang HSP ini walau gak disindir pun sering merasa tersindir. Jadi walaupun
kami luarnya stay cool, sebenernya mungkin
dalam hati, kami ini udah nangis batin.
3. Emosional
Nah, karena kami ini tipe yang cenderung take it personally itu, kami jadi orang yang emosional. Kadang
banyak dari kami yang short tempered dan
gampang nangis. Walaupun kami tipe pribadi
yang emosional, tidak semua dari kami bisa dengan mudah menunjukkannya kepada
orang lain. Tapi jika keadaan mendesak dan kami sudah tidak dapat menahannya
lagi, kadang emosi kami bisa meledak juga. Kalo sudah begitu, kami berpotensi
melukai perasaan orang lain dan sebagai akibatnya, kami jadi merasa sangat
bersalah. Disini nih susahnya, kami emosional tapi di saat yang sama kami harus
jaga emosi biar gak nyakitin orang lain dan kalo udah nyakitin orang lain, kami
bakal merasa luar biasa bersalah.
4. Takut melukai
perasaan orang lain dan dia sendiri takut terluka
Ini ada hubungannya sama kami yang selalu melihat sesuatu dari berbagai
sisi sehingga hal ini membuat kami selalu memikirkan perasaan orang lain. Kami
selalu mikirin dulu apa yang ingin kami omongin agar sebisa mungkin gak
menyinggung perasaan orang lain. Nah dengan gak menyinggung perasaan orang
lain, diharapkan orang lain juga gak akan menyinggung perasaan kami. Ibaratnya
kami gak suka mengkritik orang biar kami juga gak dikritik.
5. Gampang merasa bersalah
Ini menurut saya adalah salah satu sifat HSP yang paling gak enak. Karena
HSP itu orangnya sensitif, kami jadi GR-an. Inget kan saya tadi bilang, walau
kami gak disindir, gak diapain juga kami bakal tetep “merasa” seakan-akan kami
yang harus menanggung semuanya sendirian. Parahnya, hal ini juga berlaku ketika
kami menghadapi kegagalan atau melakukan kesalahan. Kami akan merasa sangat
bersalah dan mungkin mengalami kesedihan dan penyesalan yang mendalam seperti
telah melakukan sebuah tindak kriminal yang hukumannya sangat berat. Butuh
waktu untuk kami recovery dan bisa bangkit
kembali.
6. Bisa terlalu menghayati masalah orang lain
Kami orangnya gak tegaan. Walaupun HSP cenderung terlihat begitu melindungi
diri mereka sendiri dari kejamnya dunia, tapi sebenernya kami punya toleransi
yang sangat tinggi untuk orang lain. Contohnya jika orang lain melakukan
kesalahan/mengalami kegagalan, kami bisa memaklumi dan dengan mudah bilang jika
hal itu adalah biasa. Karena kami tau melakukan kesalahan/mengalami kegagalan
itu rasanya gak enak makanya kami ingin agar mereka tetap tegar. Tapi giliran kami sendiri yang
melakukan kesalahan/mengalami kegagalan, kami bisa menghukum diri kami sendiri
dengan sangat keras dan hal itu bisa menurunkan citra diri kami.
7. Mood dan keadaan orang-orang terdekat bisa
mempengaruhi kami
Mood kami juga sangat dipengaruhi oleh mood orang-orang terdekat kami.
Terutama jika orang-orang terdekat kami sedang sedih atau tertimpa masalah,
kami bisa merasa lebih sedih dari mereka. Terlebih jika kami tidak bisa
membantu mereka. Walaupun kami tau kami tidak perlu bertanggung jawab atas apa
yang mereka alami dan kami tau mereka mungkin tidak butuh bantuan kami, tapi
tetap saja, jika kami tidak bisa melakukan apa-apa untuk membuat mereka lebih
baik, malah kami sendiri yang nantinya bisa stres sendiri lalu jadi bad mood. Maka kadang jika saya sedang
lelah, saya lebih baik gak tau gimana keadaan mereka daripada saya tau mereka
sedang ada masalah tapi saya gak bisa bantuin mereka.
8. Nonton film sadis dan film horror bisa bikin
kami stres
Karena itulah kami gak bisa nonton film yang sadis-sadis dan film horror.
Saya kalo nonton film yang tipenya instant
kill sih gapapa tapi kalo yang orang masih hidup terus disiksa-siksa gitu
saya gak bisa. Bisa stres saya nanti.
Saya juga paling gak bisa nonton film horror. Belum nonton aja udah stres
duluan kalo itu. Saya pernah nonton film horror karena diajakin temen. Walaupun
dari awal sudah mengafirmasi diri saya sendiri kalau itu cuma film, saya tetep
aja masih kebayang-bayang sampai kebawa mimpi. Kan serem.
9. Gampang overwhelming
kalo ada di tempat yang berisik dan penuh orang
Karena panca indra kami juga sensitif, kami gak bisa ada di tempat yang
berisik dan rame dalam waktu yang lama. Karena kami juga mudah terpengaruh
energi orang apalagi orang-orang yang energinya negatif, energi kami bisa cepat
habis. Waktu itu saya pernah cerita kan, Mbak. Di kantor yang dulu saya sering
ngerasa stres sendiri cuma dengan ngeliatin temen sebelah yang kerjaannya sibuk
banget ngangkatin telpon yang bordering-dering terus. Saya sih sebenernya gak
masalah kerja di open office yang
rame asal kerjaannya yang gak membutuhkan konsentrasi dalam waktu yang lama.
Nah itulah tadi secuil cerita gimana rasanya jadi HSP (Highly Sensitive
Person). Semua trait di atas saling
berpengaruh satu sama lain. Kami sedikit berbeda karena kinerja sistem syaraf kami
yang memang agak sedikit berbeda dari kebanyakan orang. Walaupun begitu, kami
kadang mencoba untuk tidak terlihat sebagai HSP. Hal itu disebabkan karena trait kami yang mirip dengan tipe
kepribadian INFJ yang selalu ingin merasa fit
in dan kebetulan saya adalah INFJ yang juga HSP. Kadang saya bingung juga apakah
saya itu HSP karena saya INFJ atau saya INFJ karena saya HSP? Ah tapi itu gak
penting, siapa pun kamu, sayangi dirimu sendiri, perlakukan dirimu dengan baik
karena kamu adalah kamu, bukan orang lain. Dan tidak ada yang lebih menyenangkan
selain penerimaan dan perdamaian dengan diri sendiri.
Semoga kalo Mbak Anggita udah baca postingan ini, Mbak Anggita pura-pura
gak baca yaaaa.Tolong lupain semuanya, anggap aja HSP itu nggak ada hahaha xD
Ciao~
*Kokoro = Hati