Bukan deklarasi apalagi basa-basi. Semua terjadi begitu
saja. Tiba-tiba rasanya dunia jadi lebih indah dan sulit rasanya untuk tidak
merasa bahagia. Senyum dimana-mana. Bukan. Saya tidak sedang jatuh cinta
apalagi gila. Lalu apa? Ya, saya bukanlah saya yang lama. Yang pesimistis,
insecure, tidak percaya diri dan selalu resah gelisah gundah gulana. Halo, aku
yang baru!
Sejak membaca buku Quantum Ikhlas-nya Mas Nunu Erbe Sentanu
yang direferensikan oleh sebuah blog, rasanya seperti ada sebuah tombol yang
meng-switch saya. Tombol yang tadinya “Off” jadi “On”. Yang tadinya saya gak
“ngeh”, sekarang jadi lebih “ngeh”. Sejauh ini, buku inilah buku self
improvement yang paling berhasil menurut saya. Ketika semua buku self
improvement yang saya baca menganjurkan pembacanya untuk selalu ber-positive
thinking dan membenahi pola pikir kita (kepala-sentris), bukunya Mas Nunu ini
beda. Quantum Ikhlas mengajarkan kita bahwa jika kita ingin berubah, yang harus
dibenahi bukan pola pikir (kepala) kita dulu tapi adalah hati kita karena hati
adalah koentji. Lebih menekankan pada positive feeling daripada positive
thinking. Saya setuju banget nih dan setelah dirasakan memang benar jika
semuanya itu berawal dari hati, perasaan, feel kita, bukan pikiran. Karena
sebenarnya pikiran kita itu juga dipengaruhi oleh hati dan perasaan kita
sebelum kita bertindak. Jadi setelah kita membenahi hati kita, otomatis pikiran
kita jadi sinkron sama hati kita dan dalam melakukan berbagai tindakan jadi
lebih enak rasanya. Tidak akan ada lagi yang namanya pertempuran batin yang
menyesakkan dada. Ugh.
Nah, buat tau apakah hati kita sudah berfungsi dengan
semestinya atau belum, kuncinya adalah ikhlas. Dan indikator yang menunjukkan
apakah hati kita sudah ikhlas atau belum itu banyak. Misalnya nih, kita selalu
diliputi rasa tenang, relaks, khusyu’, senantiasa bersyukur, selalu merasa
berkecukupan, dan bahagia. Sementara kalo kita masih sering merasa khawatir,
bimbang, takut, ragu, ingin menang sendiri, selalu merasa kurang dan sedih, itu
berarti tandanya kita masih belum ikhlas. Nah, saya dulu kaya gitu tuh pas hati
saya belum diruwat hehe. Masih sering merasa cemas dihantui masa lalu yang
rasanya tak akan pernah berlalu. Kalo sekarang sih saya sudah bisa
mengendalikan perasaan-perasaan negatif saya itu. Rasanya jadi lebih tenang dan
bahagia. Tinggal santai saja, serahkan semua urusan yang tidak bisa kita urus
pada Tuhan. Tuhan tahu apa yang terbaik buat kita asal kita juga tau apa yang
terbaik buat kita. Kalo kita dan Tuhan sudah sama-sama “klik”. Tinggal tunggu
saja permintaan kita di”ACC” sama Tuhan.
Beres kan.
Melalui buku ini juga saya belajar meditasi. Kenapa
meditasi? Karena meditasi adalah salah satu pintu menuju hati yang ikhlas.
Meditasi mengajarkan kita untuk tenang dan relaks, yang merupakan cerminan hati
yang ikhlas. Sehingga diharapkan dapat mempengaruhi pola pikir kita untuk
senantiasa tenang dalam menghadapi segala situasi yang nantinya akan membuat
hidup kita jadi lebih baik. Masalah apa pun akan mudah dicarikan jalan keluar
jika dihadapi dengan kepala dingin, bukan? Makanya saya harus pintar-pintar
menjaga hati saya untuk senantiasa ihklas agar saya tidak jadi seperti dulu
yang bawaannya negatif terus. Semoga saya tidak akan pernah kembali seperti
dulu lagi. Aminnnn.
Ciao~
0 komentar:
Posting Komentar